Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
dari video tersebut
membuktikan masih banyak kemiskinan yang menimpa sejumlah daerah di Indonesia.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
penyebab keluarga,
yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab keluarga
juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan
keuangan keluarga.
penyebab sub-budaya
(subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari,
dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga
yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
penyebab agensi, yang
melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang,
pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau
honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah
perbudakan.
penyebab struktural,
yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DAN
KETERBELAKANGAN
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan
masyarakat dapat dijadikan indikator dan gambaran mengenai kemampuan penduduk
dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, akan semakin tinggi kualitas orang tersebut.
Untuk mengukur tinggi rendahnya pendidikan penduduk dapat dilakukan dengan cara
mengelompokkan tingkat pendidikan yang pernah diperoleh, mulai dari yang tidak
sekolah sampai lulusan perguruan tinggi.
Jumlah anak usia SD
di Indonesia yang tidak bersekolah, putus sekolah, dan lulus SD yang tidak
melanjutkan ke jenjang SMP, sejak 1995 sampai 2000 diperkirakan sebesar 12,8
juta, serta jumlah anak putus SMP sebesar 4,3 juta (Balitbang Diknas, 2000).
Anak tidak bersekolah
atau putus sekolah disebabkan berbagai faktor, seperti sistem pendidikan
sekolah yang kurang fleksibel sehingga banyak anak yang kesulitan dalam
menyesuaikan diri, kemiskinan orang tua, rendahnya kesadaran masyarakat bawah
tentang pentingnya pendidikan, kondisi geografis, anak harus membantu
perekonomian keluarga, dan pendidikan sekolah dirasakan tidak memberikan
jaminan kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Sementara itu, jumlah
angkatan kerja di Indonesia terus meningkat dengan kualitas yang rendah. Hal
ini dikarenakan dari 97 juta angkatan kerja pada 2000 sebagian besar (67,5%)
adalah angkatan kerja yang tidak tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SD, dan tamat
SMP. Selain itu, pihak pemerintah masih belum mampu menyediakan fasilitas
pendidikan formal untuk melayani semua penduduk usia sekolah yang ada di
Indonesia. Data kemampuan pemerintah dalam penyediaan pendidikan formal dapat
dilihat pada Tabel 2.7.
Untuk mengatasi
permasalahan di atas diperlukan perubahan paradigma baru pembangunan yang
berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. Pendidikan sebagai subsistem
pembangunan harus berorientasi pada pengem bangan kemampuan peserta didik untuk
siap kerja dan atau mampu mencipta kan lapangan kerja dengan me man faat kan
potensi-potensi yang terdapat dalam lingkungan. Pendidikan perlu mengubah
keluaran pendidikan dari worker society ke employee society untuk menjadi
entrepreneur society. Kemajuan suatu masyarakat dan bangsa tidak ditentukan
oleh worker society, melainkan oleh employee society (Sudjana, 2004).
2. Kesehatan
Kualitas penduduk di
antaranya dapat diamati dari tingkat kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat.
Tingkat kesehatan dapat memengaruhi tingkat produktivitas, artinya jika
masyarakatnya sehat maka kemampuan untuk bekerja dan berkarya sangat tinggi,
sedangkan jika masyarakatnya sering sakit-sakitan, kemampuan untuk bekerja dan
berkarya pun rendah. Akhir-akhir ini kesehatan bangsa Indonesia menurun akibat
terjadi nya krisis ekonomi yang berkepanjangan, ditambah lagi munculnya
berbagai penyakit baru yang menular secara cepat dan berbahaya, seperti HIV,
stres, flu burung, sapi gila, antraks, demam berdarah, dan muntaber sehingga
angka kematian terus mengalami peningkatan.
Alat ukur yang paling
mudah untuk mengetahui tingkat kesehatan penduduk adalah dengan melihat dari
besarnya angka kematian bayi (infant mortality rate), yaitu jumlah bayi yang
meninggal di bawah umur 1 tahun. Satuan yang digunakan untuk menentukan
besarnya angka kematian bayi adalah angka perbandingan kematian bayi dari 1.000
kelahiran. Angka kematian bayi di Indonesia jika dibandingkan dengan
negaranegara Asia Tenggara masih tergolong tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat
Anda lihat pada Diagram 2.1 berikut.
Berdasarkan diagram
batang di atas, Indonesia memiliki angka kematian bayi 46. Artinya terjadi
kematian bayi sebesar 46 per 1.000 kelahiran sebelum bayi tersebut mencapai
umur satu tahun. Angka kematian tersebut tergolong sangat tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara maju, seperti terlihat pada Diagram 2.2
berikut.
Semakin besar angka
kematian bayi berarti semakin rendah kualitas penduduk di negara yang
bersangkutan. Adapun tinggi rendahnya angka kematian bayi di suatu negara
sangat ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a. Status gizi
makanan penduduk.
b. Kesediaan
obat-obatan serta sarana dan prasarana kesehatan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
c. Tingkat
penghasilan dan pendidikan penduduk.
d. Kondisi kesehatan
lingkungan.
Langkah-langkah yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Penyuluhan dan
penerapan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya gizi dalam kesehatan
keluarga.
b. Layanan kesehatan
yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
c. Penyediaan
lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan.
d. Penyediaan program
pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat.
e. Penyuluhan dan
pembinaan tentang kebersihan lingkungan.
Refrensi : http://geografisku.blogspot.ca/2015/09/faktor-penyebab-keterbelakangan-indonesia.html