Nama : Dove E. B. Silalahi
Kelas : 3ID06
NPM : 33414259
1.
Latar
Belakang
Industri manufaktur
produk diskrit diproduksi melalui pengolahan pada mesin yang berbeda. Pengolahan
yang dilakukan dalam mengatur pekerjaan dalam bidang industri dilakukan dengan
metodologi yang berbeda. Penanganan ideal pada setiap daerah kerja dikenal
sebegai job shop, manufaktur selular,
toko proyek, manufaktur terus menerus, aliran garis, manufaktur fleksibel dan
manufaktur reconfigurable. Penjadwalan
pekerjaan di indutri banyak dilakukan oleh pihak yang berpengalaman dengan
menggunakan pendekatan tertulis dan juga grafis melalui beberapa database industri.
Banyak aturan yang
ditemukan dalam literatur untuk penjadwalan perkejaan berdasakan tanggal jatuh
tempo, operasi kritis, waktu proses, dan pemanfaatan sumber data dan rasio
kritis. Aturan ata dasar waktu proses yang terpendek waktu pemrosesan (SPT) dan
waktu proses terpanjang (LPT). Pekerjaan pertama yang di proses pada SPT
memiliki waktu yang lebih singkat, sedangkat proses kerja yang lama pada LPT. Aturan
pengiriman lain pertama melayani (FCFS) dimana perkerjaan diproses agar masuk
dan bertahan datang pertama melayani (LCFS) dimana pekerjaan yang terakhir akan
diproses pertama kali.
Industri manufaktur
penjadwalan mesin tunggal, penjadwalan flow shop dan job shop scheduling. Pekerjaan
yang di proses pada mesin tunggal dan menjadi pekerjaan terbaik dengan penjadwalan
dengan urutan menaikan waktu. Aliran pada setiap pekerjaan harus diproses
malalui masing-masing mesin dan waktu proses untuk setiap pekerjaan berbeda
pada setiap mesin. Pekerjeaan dalam job shop mungkin atau tidak memungkinkan
akan diproses pada semua mesin dan juga waktu pengolahan setiap pekerjaan yang
berbeda dan dikerjakan pada mesin yang berbeda juga. Hal ini adalah salah satu
masalah yang paling kompleks dan penjadwalan yang optimal juga akan sulit
dihitung. Sebuah job shop biasanya terdiri mesin dengan pengolahan bahan yang identik.
Masalah utama dengan
teknik ini bahwa beberapa didasarkan pada waktu proses mengabaikan tanggal
jatuh tempo sementara lainnya mengganggap tanggal jatuh tempo dan mengabaikan
waktu proses. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemecahan algoritma
baru pada masalah job shop, mengingat pekerjaan meiliki beberapa operasi mesin
dengan seusai tanggal jatuh tempo atau lead time.
2.
Hasil
dan Pembahasan
Fasilitas manufaktur dianalisis
melalui ketersediaan mesin dan operasi masing-masing yang akan dilakukan pada
setiap mesin. Acuan dasar kesamaan fasilitas manufaktur dibagi menjadi
pembentuk (S), Penggilingan (M), Bor (B), Welding (W), dan Grinding (G) pusat
mesin. Operasi waktu untuk setiap pekerjaan di setiap pusat mesin diamati
melalui studi gerak waktu dengan stop watch dan dioperasikan pekerja yang baik.
Tabel 1. Waktu
pemrosesan untuk pekerjaan (1, 2 ... m-1, m) pada mesin (1, 2 ... n-1, n)
Nama Pekerjaan Jobs S L M
B W G Priorit
y
Nut 1 0
17 0 0 0 0 2
Bolt 2 0 19,5 0 0 0 0 2
Gear 3 60 18,5 30 15 0 4 1
Hexagonal Aksesori 4 65 17,5 45 4 0 6 1
Flange Pipe 5 0 50 35 35 27 25 2
Screw 6 62 58 15 0 0 0 1
Lead Screw 7 60 34,5 20 0 0 0 2
Universal Coupling 8 60 17,5 20 10 0 6 3
Lathe Center 9 63 29,5 0 0 0 5 3
Piston Connecting
Rod 10 0 0 17 11 0 7 3
Sprocket 11 0 0 15 55 0 5 2
Tie Rod End 12 0 26 27,5 27 0 6.5 3
Gear Pump Flange 13 0 27 15 31 17 5 3
Dalam rangka untuk memeriksa bahwa heuristic yang
diusulkan memberikan hasil yang optimal yang berbeda heuristic pekerjaan jib
shop diterpakan untuk 13 pekerjaan dan 6 mesin masalah pada tabel 1. Diperoleh berbagai
penerapan heuristic yang ditunjukan pada tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan algoritma
Algoritma Sequence Make Span (Menit)
SPT 1 2 10 11 12 13 9 8 7 3 6 4 5 559,5
LPT 5
4 6 3 7 8 9 13 12 11 10 2 1 580
Johnsons 1
2 10 11 12 13 5 6 4 3 7 8 9 404,5
Gupta 1
2 10 11 12 13 5 6 4 3 7 8 9 404,5
CDS 1
2 11 13 12 10 8 4 5 9 3 6 7 424,5
naik haji 11 5 10 13 12 1 2 8 3 9 4 7 6 443
WI 10
5 12 11 13 1 2 6 3 4 7 8 9 404,5
Perbandingan heuristic yang berbeda pada tabel 2
menunjukan bahwa metode WI dapat memberikan hasil yang optimal. Kemudian mempertimbangkan
lead time, langkah-langkah yang dibahas dalam metodologi solusi yang digunakan,
pekerjaan dengan lead time dari satu hari yang diberikan paling penting
dibandingkan dengan pekerjaan memilki lead time dari 2 dan 3 hari. Demikian pula
berlaku cara yang sama untuk kelompok 2 dan 3 seperti tabel 3
Tabel 3. Urutan berdasarkan WI
Mesin / Jobs S L M B W G Lead Time WI
6 62 58 15 0 0 0 1 0.849315
3 60 18,5 30 15 0 4 1 0,88189
4 65 17,5 45 4 0 6 1 0.887218
5 0 50 35 35 27 25 2 -,13605
1 0 17 0 0 0 0 2 0.058824
7 60 34,5 20 0 0 0 2 0.061135
11 0 0 15 55 0 5 2 0.085714
2 0 19,5 0 0 0 0 2 0.102564
10 0 0 17 11 0 7 3 -0,25
12 0 26 27,5 27 0 6.5 3 -,08075
13 0 27 15 31 17 5 3 -,05556
8 60 17,5 20 10 0 6 3 1.136842
9 63 29,5 0 0 0 5 3 1.966102
Membuat rentang dihitung pada 500 menit untuk urutan
diperoleh berdasarkan metode WI. Perbandingan dari WI untuk algoritma lain
ditunjukan pada tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan
Algoritma
Algoritma Total Membuat
Span (menit)
SPT 560
LPT 500
Johnson 505
Gupta 505
CDS 500
Palmer 560
WI 500
3.
Kesimpulan
Teknik penjadwalan
pada LPT, SPT, Johnson, Gupta, dan Palmer dipelakukan untuk job shop
scheduling. Metode WI baru mudan dan memiliki biaya yang kurang tersetrukur
dibandingkan dengan metode lain. Metode baru dan empat metode lainnya ditingkatkan
dengan meningkatkan tingkat pemasukan. Asumsi ini didasarkan pada pengolompokan
pekerjaan berdasarkan lead time. Metode yang sebelumnya sama sekali mengabaikan
lead time sedangkan metode baru di modifikasi dengan mencakup proses dan aspek
lead time.
Refrensi :
https://www.researchgate.net/publication/307900214_Scheduling_job_shop_-_A_case_study